Arya Penangsang - Kisah Tohpati Sang Panglima Jipang Panolan melawan Perampok Kademangan Pudak Muncul
Sebanyak 40 orang pasukan senapan Jipang Panolan itu beristirahat di pendopo. Sepatu-sepatu kulit mereka dilepas di bawah tangga pendopo. Pasukan itu mengenakan seragam celana panjang warna merah dari kain yang tebal, kemeja lengan panjang warna biru dari katun, serta mengenakan sabuk kulit besar tempat mengaitkan pedang, dan aksesories tempur lain. Jubah putih bertabur logo Kesultanan Demak Bintoro dikenakan dipunggung sebagai tanda kebesaran pasukan, dan kupluk coklat menutup kepala mereka yang rambutnya dicukur cepak.
Para Ksatria terlihat duduk-duduk di atas tikar sambil melepas lelah setelah semalam bertempur. Sebagian dari mereka sibuk mengelap dan meminyaki senapan lontak. Sebagian yang lain memeriksa kelengkapan tempur seperti teropong binokuler, topi baja, pedang perunggu, bola-bola timah peluru, kantong penyimpan mesiu dan tongkat pelantak yang digunakan untuk memasukkan peluru ke dalam moncong senapan.
Seorang ksatria berpakaian putih-putih dan bersorban nampak memeriksa tubuh teman-temannya satu persatu dengan seksama sambil sesekali memberi nasehat. Dia juga memberi butiran-butiran ramuan untuk prajurit yang terlihat kelelahan. Nampaknya dia adalah seorang dokter militer yang biasa terdapat pada kesatuan militer modern yang akan melakukan perjalanan jauh. Sementara puluhan kuda Arab tunggangan para prajurit itu ditambatkan di samping pendopo, beserta dua buah kereta kuda berisi penuh buku-buku tebal yang masing-masing ditarik dua ekor kuda. Kuda-kuda setinggi orang dewasa itu nampak sedang diberi makan dan dimandikan oleh para pekatik Ki Demang Pudak Muncul.
Panglima pasukan kecil itu adalah seorang pemuda berbadan tinggi, ramping, berhidung bangir, sigap gerak geriknya. Pertempuran semalam menunjukkan bahwa dia adalah seorang musketer yang memiliki kemampuan menembak jitu. Dia adalah murid Sunan Kudus yang terkenal cerdas dan berani. Fasih berbahasa Arab, bahasa Turki, dan tentu saja mengusasai bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan di kepulauan nusantara. Selain cakap dalam ilmu militer dia juga memiliki kemampuan dalam ilmu ekonomi sebagai hasil mendalami risalah-risalah Ibnu Khaldun selama berada di Turki. Ibnu Khaldun adalah bapak ekonomi modern asal Tunisia. Kemampuan ilmu ekonomi ini sangat penting bagi negara maritim seperti Demak Bintoro yang mengandalkan pemasukan dari perdagangan.
Namanya Tohpati. Seorang perwira muda yang mendapat pendidikan khusus oleh Brigade Janissari di Enderun Akademi, Istambul. Tohpati juga berpengalaman dengan serangkaian pertempuran bersama pasukan Janissari melawan batalyon-batalyon Eropa di medan tempur yang membentang luas dari Serbia, Hungaria, Kroasia, Austria, Rhodes hingga Pulau Malta. Di mata Ki Demang Pudak Muncul, kemampuan tempur pasukan Tohpati tadi malam benar-benar mencerminkan keharuman nama Ksatria Jipang pimpinan Pangeran Harya Penangsang yang terkenal sebagai barisan Ksatria Demak Bintoro yang sangat disegani oleh para penjelajah Eropa baik di lautan maupun di daratan.
Ki Demang nampak sedang bercakap-cakap serius dengan Tohpati. Dia berterimakasih Tohpati telah berhasil menangkap para perampok. Baru kali ini dia berjumpa dengan pasukan senapan. Ki Demang terkagum-kagum dengan keefektifan tembakan senapan dalam menghantam musuh secara fisik maupun mental.
Dia memuji kemampuan menembak pasukan Tohpati. Juga strategi pertempuran yang membuat para perampok terpojok tak berkutik. Dikatakannya dia telah lama mendengar kebesaran nama garnisun-garnisun Jipang saat menghalau serdadu Portugis dan Spanyol dari wilayah Demak Bintoro. Namun baru sekali ini melihat sendiri sepak terjang kompi pasukan senapan yang mengagumkan. Pantaslah musuh tak berani mengusik wilayah kekuasaan Demak Bintoro yang membentang di sepanjang pantai utara jawa.
Ki Demang juga menceritakan bahwa sudah tiga bulan belakangan ini muncul gerombolan perampok yang mengganggu warga kademangan. Sebagian mereka benar-benar perampok. Sebagian yang lain seperti prajurit terlatih. Jumlah kelompoknya banyak. Biasanya setiap kelompok bergerak dalam jumlah kurang dari sepuluh orang.
Namun malam tadi mereka menyerbu Kademangan Pudak Muncul dengan kekuatan ratusan orang. Untunglah di saat pasukan Kademangan sedang kerepotan mempertahankan diri, muncullah rombongan Tohpati yang sedang dalam perjalanan mengantar buku-buku kedokteran berbahasa Arab karya Ibnu Sina, Az Zahrawi, Al Hazen dan Ar Razi -- hadiah dari Harya Penangsang untuk perpustakaaan Sunan Bonang di Tuban. Kedatangan pasukan yang tak diduga-duga itu telah membuat para perampok kaget bukan kepalang.
^_^
Awalnya pemimpin perampok berusaha menggertak Tohpati dengan jumlah anak buahnya yang banyak. Namun dijawab dengan lantang oleh Tohpati, agar kepala perampok menyerahkan diri pada Ksatria Jipang. Kepala Perampok kaget sekali mendengar Tohpati menyebut nama Ksatria Jipang yang sangat terkenal kehebatannya di jagad militer nusantara. Dia sering mendapat nasehat dari para dedengkot perampok untuk tidak sekali-sekali bertempur melawan Ksatria Jipang. Jangankan menang, bisa lolos dari garnisun Jipang pun sudah prestasi yang luar biasa. Kini dia terlanjur menantang Ksatria Jipang untuk mengadu nyawa.
Sepertinya Kepala Perampok merasa sudah kepalang basah. Sekalipun tubuhnya gemetar hebat karena menyadari bahwa peluangnya untuk menang sangat tipis, dia memutuskan untuk nekad mengadu nasib. Kepala perampok yang telah gelap mata itu memerintahkan anggotanya menyerbu para Ksatria Jipang. Dia masih sedikit berharap jumlah anak buahnya yang berkali-kali lipat dari Ksatria Jipang akan membantunya untuk menang. Gelar perang supit urang yang dikuasainya dengan sangat baik langsung diterapkan untuk mengurung para Ksatria Jipang.
Namun harapannya sia-sia belaka. Dihadapinya kenyataan bahwa sehebat-hebatnya gerombolan perampok tidak akan mampu menandingi pasukan senapan yang terlatih baik. Bukannya gelar supit urang mengurung musuh, justru peluru yang dimuntahkan senapan-senapan para Ksatria Jipang telah membuat formasi tempur anak buahnya kacau balau. Pertempuran itu lebih mirip adegan para pemburu sedang mengincar buruannya. Seakan para Pangeran jaman dahulu kala sedang bersenang-senang dengan berburu kijang. Gerombolan perampok yang bersenjatakan keris, pedang dan tombak itu tak berkutik menghadapi hujan peluru yang dimuntahkan senapan. Segala jimat dan pusaka yang diandalkan para perampok melempem saat berhadapan dengan moncong senapan Ksatria Jipang.
Dari atas kuda-kuda Arab yang tinggi besar para Ksatria Jipang dengan leluasa membidikkan senapan lontak ke gerombolan perampok yang berjalan kaki dan sebagian menunggang kuda-kuda lokal yang berukuran kecil. Secara bergantian para ksatria menembak. Setiap kali selesai menembak, seorang ksatria akan menjauhkan kudanya dari lawan untuk mengisi peluru, dan posisinya segera digantikan oleh ksatria lain yang telah bersiaga dengan senapan terisi.
Pengisian peluru senapan lontak cukup rumit. Dimulai dengan memasukkan mesiu lewat lubang moncong laras depan, disusul memasukkan sebuah bola timah beserta kain untuk keperluan pengapian, kemudian didorong menggunakan tongkat pelontak. Selanjutnya senapan siap ditembakkan dengan menarik pelatuk. Para pelaut Perancis menyebutnya senapan musket. Seorang musketer yang terlatih baik seperti Ksatria Jipang, mampu menembakkan 5 peluru dalam satu menit. Musketer lain yang tak kalah hebatnya di Nusantara adalah para santri Madrasah Sunan Giri di Giri Kedaton, serta pasukan senapan pengawal Sultan Aceh di Istana Kotaraja.
Rentetan tembakan Ksatria Jipang bukan hanya membuat para perampok bertumbangan, namun juga membuat mereka kehilangan nyali melihat senapan-senapan menyemburkan api disertai asap yang tebal. Bunyi letusan senapan juga membuat mereka takut setengah mati. Satu hal yang tidak pernah mereka temui sebelumnya. Ledakan senapan adalah intimidasi yang mampu meruntuhkan semangat bertempur lawan.
Setiapkali gerombolan perampok menyerbu secara berkelompok ke arah Ksatria Jipang, tiba-tiba saja menyalaklah senjata-sejata para ksatria diikuti teriakan kesakitan kawan-kawan mereka yang roboh diterjang bola timah. Begitu seterusnya hal itu berulangkali terjadi. Mereka bukan hanya tidak bisa menyentuh tubuh para ksatria, bahkan sebelum mendekatpun telah tersungkur diterjang timah panas. Peristiwa yang membuat mereka jadi bingung dan takut.
Kepala perampok yang melihat anak buahnya kocar-kacir sangat marah. Dia berteriak-teriak menyuruh anak buahnya kembali dalam barisan gelar supit urang. Namun sia-sia saja. Kondisi para perampok semakin kocar-kacir tatkala Tohpati bersama sepertiga pasukannya memutuskan menyerbu barisan perampok dengan pedang terhunus.
Perampok-perampok yang mencoba menghadang bukanlah lawan seimbang untuk pasukan yang berlatih keras setiap hari ini. Kelincahan dan kekuatan pukulan pedang Ksatria Jipang dengan cepat membuat para perampok bergelimpangan seperti batang-batang pisang dibabat petani saat panen. Kemampuan bermain pedang Ksatria Jipang jauh diatas kemampuan para perampok. Mudah sekali mereka dikalahkan. Pedang-pedang perampok terlepas, atau patah kala beradu dengan pedang ksatria. Perampok yang tidak beradu senjata berarti gerakannya kalah cepat, sehingga pedang Ksatria Jipang terlebih dahulu memotong tubuhnya sebelum sempat ditangkis. Sama sekali tidak mirip pertempuran.
^_^
Tanpa disadari oleh Kepala Perampok, Tohpati telah mengatur strategi agar para perampok yang jumlahnya hampir sepuluh kali lipat jumlah Ksatria Jipang itu tergiring masuk ke halaman kademangan yang dikelilingi tembok yang tinggi. Sehingga kini mereka tidak bisa keluar lagi. Untuk bisa lolos para perampok harus melalui gerbang satu-satunya yang kini telah dijaga oleh berlapis-lapis Ksatria Jipang. Sementara para penduduk Kademangan telah berkumpul di luar gerbang dengan senjata terhunus. Jika mereka bisa lolos dari kademangan-pun nasib mereka akan berakhir di ketajaman senjata penduduk kademangan yang telah tiga bulan ini menderita akibat aksi-aksi gerombolan perampok.
Kepala perampok yang kini telah menyadari bahwa dirinya tidak ada kemungkinan untuk lari, berpikir untuk mendapatkan sandera dari keluarga Pak Demang. Maka dia berlari menuju rumah induk Ki Demang dengan harapan bisa menyandera istri atau anak Ki Demang. Dia berharap sandera bisa menjadi jaminan untuk lolos dari kepungan tentara Jipang. Namun semua itu telah diantisipasi oleh Tohpati. Dia telah menempatkan dua orang prajurit di depan rumah induk.
Begitu melihat seseorang berlari dengan pedang terhunus menuju pintu depan rumah induk, salah satu penjaga melepaskan tembakan setelah peringatan kepada Kepala Perampok untuk berhenti tidak digubris. Tak ampun lagi tubuh si Kepala Perampok roboh setelah dadanya tertembus timah panas. Karirnya sebagai pengacau sakti mandraguna di pedalaman telah berakhir di malam hari itu. Dia memilih hari yang salah untuk merampok Kademangan Pudak Muncul.
Bagaimanapun juga dia tidak akan mampu mengimbangi kemampuan seorang senopati perang seperti Tohpati yang telah berpengalaman tempur bersama pasukan terbaik dunia pada serentetan pertempuran yang rumit melawan para Ksatria Eropa. Pengalaman bergabung dengan Brigade Janissari Kesultanan Turki Usmani saat melakukan ekspedisi ke pedalaman Eropa telah mematangkan pengetahuannya tentang berbagai macam strategi militer yang ada di dunia. Mulai dari strategi klasik Iskandar Agung, strategi brillian Khalid bin Walid hingga strategi modern yang diperkenalkan para panglima Turki maupun para komandan Habsburg sebagai lawannya.
^_^
Setelah pertempuran berakhir, di luar kademangan mulai terdengar teriakan-teriakan penduduk yang meminta Tohpati menyerahkan para perampok untuk digantung sampai mati di pohon-pohon mahoni yang banyak tumbuh di halaman kademangan. Namun Tohpati menolak mentah-mentah permintaan sebagian penduduk tersebut. Dikatakannya dia mendapat wanti-wanti pesan dari Pangeran Harya Penangsang untuk senantiasa bertindak berdasarkan hukum.
Tohpati berteriak lantang akan melindungi para perampok dari siapapun yang menghalanginya untuk menyerahkan kepada pengadilan. Dia bermaksud mengirimkan para perampok ke Kabupaten terdekat agar diadili oleh para kadi di sana. Dia sama sekali tidak mau kompromi dengan pelanggaran hukum. Berkat hukum yang tegaklah maka kota-kota dagang di sepanjang pantai utara Jawa ramai dikunjungi ribuan saudagar dari mancanegara yang merasa terjamin keberlangsungan bisnisnya. Penegakan hukumlah yang mengantarkan Demak Bintoro menjadi negara maritim terbesar dan terkuat di nusantara sepanjang masa.
0 komentar:
Posting Komentar