DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE 72

Agustus 13, 2017
0

Istri Pilihan Darmo



Sudarmono Sastrawiragraha dan beberapa kawan sekampungnya adalah lulusan SMK Pertanian yang letaknya di Kota Kabupaten. Setelah lulus sekolah, mereka mulai bekerja ke kota seperti halnya teman-teman sekampungnya. Kebanyakan pergi ke Jogja untuk menjadi buruh bangunan, bekerja di pabrik oleh-oleh atau menjadi penjaga toko. 

Ilmu pertanian yang mereka miliki praktis tidak dipraktekkan karena di kampung pun sawah mereka kurang menjanjikan penghasilan yang cukup untuk digarap. Biasanya sawah disewakan pada para petani penggarap yang rata-rata sudah cukup lanjut usianya, sehingga hasil panen pun kurang melimpah.




Namun Darmo beda dengan teman-temannya. Sekalipun bekerja ke kota, Darmo yang memang cinta mati pada dunia pertanian ini tetap mengolah sawah miliknya sekalipun luasnya hanya lima ratus meter persegi alias seperduapuluh hektar. Darmo biasa mulai menggarap sawahnya dari usai sholat subuh berjamaah di masjid hingga jam delapan pagi. Baru sesudah itu dia berangkat ke kota bersama teman-temannya untuk bekerja menjadi buruh bangunan. undil

Belakangan Darmo mendapat kepercayaan untuk menggarap sawah Haji Ruri yang luasnya hampir satu hektar. Setelah memegang dua sawah, terkadang Darmo meneruskan bekerja di sawah malam hari sehabis mengajar anak-anak membaca Al Quran di Masjid. Jika sedang masa tanam dan panen, praktis Darmo tidak bisa ikutan bekerja ke kota. Kesibukan terakhir ini membuat Darmo tidak bisa sesering kawan-kawannya glidik ke kota. duniashinihi.blogspot.com

Tiga tahun telah berlalu sejak anak-anak muda itu lulus sekolah dan mulai bekerja di kota. Enam bulan terakhir ini satu persatu mereka menikah. Hariman menikah dengan Latri sesama penjaga toko di Malioboro. Guntur menikah dengan Natasya yang jualan pulsa di dekat tempat Guntur sedang bekerja membangun rumah di Jalan Kaliurang. Demikian juga dengan Yogdi, Donny dan Anggito. Mereka rata-rata menikah dengan gadis-gadis yang tak jauh dari tempat mereka bekerja. 

Sebenarnya ada beberapa gadis yang tertarik pada Darmo. Rata-rata mereka tertarik karena Darmo orangnya cerdas, rajin dan cekatan membantu teman-temannya yang butuh pertolongan, disamping paras Darmo yang menawan karena Ibunya dulu juga adalah seorang kembang desa. Namun karena Darmo belakangan tidak serutin dulu pergi ke kota, sehingga tidak ada tindak lanjut atas hubungan mereka.

Teman-teman Darmo sering bertandang ke rumah Darmo untuk menyarankan dirinya agar segera menikahi salah satu dari gadis-gadis itu. Netty yang cantik bak foto model Vogue yang sekarang bekerja di salon spa, Rahmawati yang manis dan bekerja menjadi kasir di salah satu swalayan, atau si Deasy yang tinggi semampai yang kini menjadi staf administrasi gudang sebuah bengkel mobil besar. Namun rupanya Darmo punya pilihan lain.

Jika Darmo menikah dengan salah satu dari gadis-gadis itu artinya dirinya harus pindah ke kota. Sedangkan Darmo ingin tetap tinggal di desa menggarap sawah. Dia cinta mati pada dunia tanam menanam dan berternak hewan piaraan. Menanam padi, sayuran dan memelihara sapi adalah kesenangan yang tidak dapat begitu saja digantikan kegiatan yang menghasilkan uang lebih banyak. Darmo juga tidak tega meninggalkan anak-anak yang rutin belajar membaca Al Quran kepada dirinya. Lagipula Darmo merasa hidupnya akan begitu-begitu saja bila menempuh jalan seperti teman-temannya. Dia ingin melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar untuk kepentingan pribadi dan keluarga saja. 

Makanya Darmo tertarik tatkala Haji Ruri menawarkan pada Darmo untuk menikahi adiknya yang sudah tiga tahun menjanda karena ditinggal mati suaminya. Seorang perempuan sarjana peternakan yang sudah naik haji ke mekah dan saat ini menjadi peternak sapi perah yang memiliki sepuluh hektar lahan di kampung.  Klarinta Aliya Husna mengisi hari-harinya dengan mengisi pengajian buat Ibu-ibu di rumahnya dan mengurus panti asuhan anak yatim yang didirikan ayahnya di dekat masjid di kota kecamatan.

Ibu-ibu kampung, termasuk Ibu kandung Darmo menyebutnya bidadari menawan hati yang turun dari langit. Klarinta yang sejak lulus kuliah tujuh tahun yang lalu sudah mulai membantu Ibu-ibu memahami agama, juga mengajarkan aneka ketrampilan rumah tangga yang dibutuhkan mereka. Menjahit, memasak, menanam sayuran hingga mengatur keuangan rumah tangga adalah topik tambahan pada pengajian yang diasuhnya. Sebuah majelis pengetahuan yang dirasakan oleh Ibu-ibu yang rata-rata tidak mengenyam pendidikan yang cukup itu sebagai angin segar yang memudahkan kehidupan sehari-hari mereka.  

Aktifitas Klarinta di panti asuhan anak yatim, kepribadian yang salehah, dan kecintaan yang sama pada dunia pertanian telah membuat hati Darmo bertambah mantap untuk memperistri Klarinta. Diam-diam Darmo juga ingin memajukan kampungnya bersama Klarinta. Menurut Darmo sebenarnya ada cukup banyak lahan kosong di kampungnya, hanya rata-rata kurang terawat karena kebanyakan anak-anak muda bekerja ke kota. 

Pilihan Darmo tentu saja membuat teman-temannya tercengang. Mereka tak habis mengerti mengapa Darmo tidak memilih Netty atau Deasy yang sebaya, cantik jelita dan tertarik pada Darmo. Apalagi penghasilan dua gadis itu cukup besar sehingga akan sangat membantu ekonomi keluarga bila mereka berdua pindah ke kota. Dengan menikahi Klarinta berarti Darmo akan tetap tinggal di desa mengurus sawah dan ternak, sebuah pilihan yang tidak dapat dimengerti oleh kawan-kawannya.

^_^

Begitulah sepuluh tahun berlalu sejak Darmo dan kawan-kawannya memasuki kehidupan rumah tangga. Kini teman-teman Darmo baru menyadari betapa tepatnya istri pilihan Darmo. Betapa visionernya pilihan Darmo. Sepuluh tahun yang lalu kampung mereka bukanlah kampung yang bisa dibanggakan. Kini di kampung itu telah berdiri kelompok tani yang diketuai Darmo yang memiliki ribuan sapi perah.

Rupanya dengan ilmu pertanian yang dimilikinya dan bantuan pengetahuan istrinya tentang pemeliharaan sapi, Darmo berhasil membangun sebuah komunitas peternak sapi perah di kampungnya. Klarinta juga membantu Darmo lewat ibu-ibu pengajian asuhannya yang membantu meyakinkan suami mereka untuk bergabung dengan komunitas peternak sapi perah, sehingga produksi susu cukup banyak untuk rutin dijual ke pabrik atau dijual eceran langsung ke masyarakat.

Kini hampir semua sawah, ladang, kebun hingga bukit-bukit kecil di pinggir desa telah dirubah menjadi tempat menanam makanan buat sapi, baik berupa rerumputan ataupun pepohonan yang daun-daunnya mengandung protein tinggi untuk makanan sapi. Tidak ada lagi kisah lahan kosong yang dibiarkan terlantar karena pemiliknya sulit mencari penggarap. Karena kebutuhan pakan begitu besar, Darmo melibatkan kampung-kampung lain untuk menjadi pemasok rerumputan dan daun-daun berprotein tinggi untuk makanan sapi.

Darmo juga membangun sebuah pabrik pengolahan keju di kampungnya. Lagi-lagi dengan bantuan pengetahuan istrinya yang sewaktu sekolah pernah bermukim enam bulan di sebuah keluarga di Belanda yang memiliki pabrik pembuat keju. Muluslah keinginan Darmo untuk memiliki fasilitas pengolahan bagi produk susu kelompok taninya. Dengan adanya pabrik keju itu tidak ada lagi susu yang terbuang karena tidak terjual.

Malahan kini Darmo menyulap pabrik kejunya menjadi champ buat anak-anak yang ingin mengetahui seluk beluk cara membuat keju. Setiap minggu silih berganti rombongan siswa dari kota-kota yang jauh datang ke pabrik keju untuk seharian mengamati cara membuat keju. Kedatangan wisatawan itu tentunya membuat bergeraknya ekonomi penduduk desa. Dari yang menyediakan penginapan, menyewakan kerbau untuk ditunggangi, hingga menjual makanan tradisional untuk melengkapi pengalaman para wisatawan.

Kampung yang dulunya relatif sepi dan tertinggal secara ekonomi itu telah berubah menjadi kampung yang mandiri secara finansial, bahkan mendorong kemajuan ekonomi kampung-kampung lain yang menjadi pemasok makanan sapi perah. Penduduk pun mulai berpaling ke pertanian lagi.  Sebagian anak-anak muda yang merantau ke kota telah kembali lagi ke kampung karena penghasilan dari beternak sapi perah lebih menjanjikan. Anak-anak muda dari kampung lain pun mulai tertarik bergabung dengan komunitas peternak sapi perah. Apalagi setelah Darmo mengembangkan panti asuhan anak yatim yang didirikan mertuanya menjadi sebuah pesantren mini yang mengajarkan wirausaha peternakan sapi

0 komentar:

Posting Komentar