Cara Manis Anggi Berbagi
Semua diawali ketika Anggi membuka kamar kostnya untuk tempat mengaji anak-anak sehabis maghrib. Kamar yang cukup luas - 4 x 5 meter itu mendadak jadi ramai anak-anak sekitar yang belajar mengaji. Awalnya guru mengaji hanya Anggi seorang diri. Tapi dengan cepat beberapa minggu kemudian telah bertambah dengan beberapa mahasiswi yang kost di sekitar tempat kost Anggi. Tentu saja tanpa bayaran -- bahkan mereka senang bisa berkumpul dengan "tetangga sesama anak kost" yang selama ini tidak saling kenal.
Mulanya hanya cara membaca Al Quran saja. Tapi lama-lama Anggi jadi ingin berbagi cerita kepada anak-anak tentang segala hal yang berguna bagi masa depan mereka. Anggi menyelingi pengajian dengan cerita-cerita tentang pengalaman hidupnya yang dirasa akan bermanfaat bagi anak-anak. Kemudian dia beralih dengan menceritakan kisah-kisah tentang para nabi. Berselang-seling dengan kisah tentang para sahabat nabi. Tanpa disadarinya cerita-cerita tersebut telah membuat acara mengaji di kamarnya menjadi favorit anak-anak dan membuat peminatnya bertambah banyak.
Kala Anggi sedang keluar kota karena tugas kantor atau mudik ke rumahnya, acara belajar mengaji tidak berhenti karena kunci kamar dititipkan ke Bapak Kost -- dan pemilik kost tidak keberatan kamar Anggi diramaikan oleh anak-anak saat yang punya kamar tidak ada. Pemilik kost yang tinggal berdua dengan istrinya tersebut senang rumahnya ramai oleh suara anak-anak seperti yang pernah mereka alami dua puluh tahun lalu saat anak-anak mereka masih kecil. Bahkan pada saat mereka memiliki acara di rumah -- mereka sengaja melebihkan pemesanan makanan untuk disuguhkan kepada anak-anak yang sedang mengaji.
Ternyata bagi anak-anak yang belajar mengaji -- kamar Anggi adalah tempat mereka berkenalan dengan tetangga. Yah, selama ini mereka hanya berteman dengan teman-teman sekolah, sementara kurang mengenal para tetangga. Kini karena mereka sering bertemu di kamar Anggi jadi akrablah mereka. Kini jika ingin bermain bersama teman -- mereka tak perlu minta diantar orangtuanya ke rumah teman sekolah yang ada di sudut lain kota. Cukup jalan kaki beberapa menit dari rumah untuk bermain dengan teman-teman yang sekaligus tetangganya. Banyak orangtua yang senang tidak harus bermacet ria di jalan untuk mengantar anaknya main.
Acara bincang-bincang ringan antar guru mengaji sehabis mengajar ternyata menjadi ritual rutin yang menyenangkan bagi Anggi. Aneka diskusi seru menghiasi barang setengah jam sebelum mereka kembali ke tempat kost masing-masing. Mendadak mereka merasa punya keluarga kembali. Yah setidaknya mereka merasa punya tetangga yang sekaligus teman bermain kembali -- seperti waktu mereka masih di kota asal masing-masing. Ada tempat berbicara, berdiskusi dan mengobrolkan aneka pengalaman hidup sehari-hari. Sangat manis bagi mereka di sela-sela tugas sehari-hari yang sangat menyita waktu.
Fenomena lain yang membuat Anggi terkaget-kaget adalah ibu-ibu tetangga yang tidak dikenalnya -- kini setiapkali bertemu memanggil namanya dengan ramah, dan takjubnya mereka tahu nama lengkap Anggi. Tak hanya ibu-ibu muda yang punya anak kecil yang belajar mengaji pada Anggi -- juga ibu-ibu setengah baya yang cucunya menjadi murid Anggi. Serasa dia berada di kampungnya kembali -- dimana para tetangga mengenalnya dengan baik. Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya-- dirinya bisa dikenal oleh penduduk sekitar tempat kostnya. Padahal Anggi merasa dirinya baru melakukan hal yang sedikit buat anak-anak mereka.
^_^
Suatu malam sehabis teman-teman guru mengaji meninggalkan kamarnya -- Anggi membaringkan diri di kasur sambil tersenyum. Beberapa bulan yang lalu dirinya tergagap-gagap tidak bisa menjawab tatkala seorang temannya bertanya kegiatannya di masyarakat. Apa yang dia lakukan untuk masyarakat selalu terkait dengan aktivitas kantor. Bakti sosial, donor darah, dan semua kegiatan sosial yang dilakukan oleh kantornya. Sedangkan selaku pribadi dia tidak punya agenda untuk masyarakat. Berminggu-minggu lamanya Anggi terganggu oleh pertanyaan temannya itu. Sampai akhirnya dirinya terinspirasi ceramah seorang ustadz tentang sepasang suami istri yang membuka rumahnya untuk tempat mengaji anak-anak
0 komentar:
Posting Komentar